Allahu Akbar.. Allahu Akbar Walilla ilham x3 !!
Berawal dari “bencana alam Gempa 2009” yang berdampak kerusakan sebagian infrastruktur inpres pasar raya padang.Pedagang inpres Pasar raya Padang merupakan korban bencana dan sudah seharusnya menjadi tanggung jawab Negara. Tanggung jawab itu meliputi pemulihan infrastruktur yang rusak sesuai dengan amanat Undang - Undang no. 24 tahun 2007. namun hari ini fenomena “bencana alam” berubah menjadi sebuah “bencana sosial “. Kenapa tidak, kebijakan pemko serta tindakan aparat yang terkait sungguh melenceng dari Undang Undang no 24 tahun 2007. Semua dilakukan diluar batas- batas prikemanusiaan.
“ pedagang yang merupakan korban bencana alam” justru semakin dibebani oleh kebijakan pemko yang membandrol bangunan baru inpres 1 harga Rp. 27 juta/ m, Kebijakan pemko padang jelas menyajikan harga yang mencekik untuk pedagang- pedagang kecil.sedangkan infrastruktur inpres 2,3,4 yang tidak begitu parah dan sejatinya cukup direhab saja malah diintruksikan untuk dihancurkan dan di bangun baru. Padahal anggaran pembangunan ulangnya yang direncanakan pemko juga belum tersedia penuh untuk menyelesaikan pembangunan baru inpres 2,3,4. Dan kejanggalannya lagi, keputusan walikota untuk merubuhkan bangunan inpres 2,3,4 dikeluarkan tahun 2009 dan 2010, sedangkan uji forensik dari dinas PU sendiri baru dilakukan Juni 2011.Uji forensik menyatakan bahwa pasar inpres tidak layak menjadi pasar wisata ( bukan tidak layak bangunan fisik ) karena masalah kebersihan. Jika benar alasannya seperti itu, sangat tidak masuk akal solusi yang diberikan adalah perubuhan. Masalah bersih tidak bersih, cukup dilakukan management kebersihan yang baik di pasar sehingga pasar bisa menjadi tempat yang nyaman dan memenuhi standar sebagai pasar wisata.
Rabu, 31 Agustus 2011 merupakan hari raya idul fitri berdasarkan keputusan Menteri Agama RI dan dirayakan oleh umat Islam sedunia.Umat beragama diluar Islam saja sangat menghormati hari besar keagamaan ini. Sementara pemko padang yang katanya “beragama” islam justru sama sekali tidak menghormati dan menghargai hari raya umat Islam tersebut. Mengapa? Karena Pemko padang yang diwakili aparat aparatnya telah secara repressive dan membabi buta menghalau barisan pedagang yang berjuang mempertahankan tempat mereka mencari nafkah dengan tembakan water canon, peluru karet, gas air mata, semburan air pemadam kebakaran. Tak hanya itu, bahkan mereka tidak segan segan memukuli, menjambak, menendang para ibu – ibu pedagang.
Ba’da maghrib, di saat pedagang telah terdesak oleh gempuran aggressif aparat, aparat kemudian memagar paksa lokasi inpres 2,3,4. Besok harinya, dapat dipastikan para pedagang kecil di inpres tersebut tak akan bisa lagi berjualan untuk menafkahi keluarga mereka. Sementara ini dari informasi yang dihimpun terdapat 11 orang korban kekerasan aparat yang dirawat di Rumah sakit M. Jamil dan Aisyah.
Namun, pedagang pasar, semua elemen mahasiswa, NGO, dan masyarakat yang peduli pasar raya berkomitmen untuk tidak akan berhenti berjuang mempertahankan pasar rakyat demi kelangsungan hidup para keluarga pedagang.karena pasar rakyat merupakan pasar tradisional yang harus tetap lestari. Kami dalam satu himpunan kepedulian ini akan senantiasa berjuang menghadang gempuran penguasa pemko, aparat, pemodal yang akan menggusur pasar rakyat dan menukarnya dengan pasar modern yang terang- terangan merugikan pedagang kecil dan konsumen warga kota yang notabene berekonomi menengah kebawah.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar Walilla ilham x3 !!
Hidup pedagang, Hidup Mahasiswa, Hidup rakyat !!
Kronologi kejadian pemagaran Pasar Raya Padang ( gedung inpers I, II, III ) 31 Agustus 2011:
- Jam 07.00 pedagang dan mahasiswa mendapat kabar bahwa bangunan pasar inakan digusur.
- Beberapa mahasiswa langsung menuju pasar dan beberapanya lagi menyusul setelah jam 16.00
- Jam 16.00, pedagang sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghentikan pemagaran terjadi. Mulai dari aksi bakar lapak dan ban, serta mempersiapkan peralatan untuk melawan tindakan represif dari aparat.
- Jam 17.00, aparat yang dilengkapi peralatan keamanan( pistol, helm keamanan, pentungan dan tameng )sudah berada di pasar raya. Aparat terdiri dari Brimob sebanyak 3 kompi ( dilengkapi dengan 1 unit mobil water canon dan 2 mobil panser ), Satpol PP 1 kompi, Tentara 1 kompi serta dibantu oleh 5 unit mobil pemadam kebakaran. Pedagang kemudian membuat blokade. Ibu – ibu menghadang mobil water canon dengan duduk dan tidur didepannya. Sedangkan bapak – bapak membuat blokade berdiri di depan blokade aparat
- Pukul 17. 20 terjadi aksi dorong dorongan dan lempar batu dari pedagang dan aparat, namun bisa dinetralisir oleh pedagang dan mahasiswa. Kemudian diputuskan untuk melakukan negosiasi antara beberapa ketua OPS dengan Kepala Polresta.
- Ketika negosiasi sedang berlangsung, pemadam kebakaran menembakan air ke arah ibu – ibu yang duduk menghadang mobil water canon. Beberapa ibu ibu jatuh pingsan. Kemudian aparat melanjutkan dengan maju ke arah massa pedagang dan membubarkan massa dengan menembakan gas air mata, water canon, dan lemparan batu. Terjadi aksi balas – balasan antara pedagang dengan aparat. Salah seorang anggota AMPEPARA menjadi korban, lengannya patah karena lemparan batu dari aparat.
- Tindakan represif dari aparat memaksa massa pedagang untuk mundur karena aparat terus menembakan gas air mata dan pemukulan ke massa
- Tepat pada pukul 18.30 aparat berhasil membubarkan massa pedagang dan segera melakukan pemagaran.
- Beberapa stakeholder yang membantu dalam evakuasi korban : LBH, PBHI, PMI
- Sampai sekarang, korban berjumlah 14 orang mengalami luka berat dan salah satunya anggota dari AMPEPARA. 2 orang dari pedagang ditangkap oleh aparat kepolisian.
- Pukul 21.00 pedagang didampingi kuasa hukum mereka yaitu PBHI melakukan pelaporan mengenai tindakan kekerasan yang terjadi kepada Polda.
#Mohon Bantuan Kawan2 untuk me-Share ini kepada seluruh kawan2 dan semua orang
Sumber: Bung Yogi Yolanda
Berawal dari “bencana alam Gempa 2009” yang berdampak kerusakan sebagian infrastruktur inpres pasar raya padang.Pedagang inpres Pasar raya Padang merupakan korban bencana dan sudah seharusnya menjadi tanggung jawab Negara. Tanggung jawab itu meliputi pemulihan infrastruktur yang rusak sesuai dengan amanat Undang - Undang no. 24 tahun 2007. namun hari ini fenomena “bencana alam” berubah menjadi sebuah “bencana sosial “. Kenapa tidak, kebijakan pemko serta tindakan aparat yang terkait sungguh melenceng dari Undang Undang no 24 tahun 2007. Semua dilakukan diluar batas- batas prikemanusiaan.
“ pedagang yang merupakan korban bencana alam” justru semakin dibebani oleh kebijakan pemko yang membandrol bangunan baru inpres 1 harga Rp. 27 juta/ m, Kebijakan pemko padang jelas menyajikan harga yang mencekik untuk pedagang- pedagang kecil.sedangkan infrastruktur inpres 2,3,4 yang tidak begitu parah dan sejatinya cukup direhab saja malah diintruksikan untuk dihancurkan dan di bangun baru. Padahal anggaran pembangunan ulangnya yang direncanakan pemko juga belum tersedia penuh untuk menyelesaikan pembangunan baru inpres 2,3,4. Dan kejanggalannya lagi, keputusan walikota untuk merubuhkan bangunan inpres 2,3,4 dikeluarkan tahun 2009 dan 2010, sedangkan uji forensik dari dinas PU sendiri baru dilakukan Juni 2011.Uji forensik menyatakan bahwa pasar inpres tidak layak menjadi pasar wisata ( bukan tidak layak bangunan fisik ) karena masalah kebersihan. Jika benar alasannya seperti itu, sangat tidak masuk akal solusi yang diberikan adalah perubuhan. Masalah bersih tidak bersih, cukup dilakukan management kebersihan yang baik di pasar sehingga pasar bisa menjadi tempat yang nyaman dan memenuhi standar sebagai pasar wisata.
Rabu, 31 Agustus 2011 merupakan hari raya idul fitri berdasarkan keputusan Menteri Agama RI dan dirayakan oleh umat Islam sedunia.Umat beragama diluar Islam saja sangat menghormati hari besar keagamaan ini. Sementara pemko padang yang katanya “beragama” islam justru sama sekali tidak menghormati dan menghargai hari raya umat Islam tersebut. Mengapa? Karena Pemko padang yang diwakili aparat aparatnya telah secara repressive dan membabi buta menghalau barisan pedagang yang berjuang mempertahankan tempat mereka mencari nafkah dengan tembakan water canon, peluru karet, gas air mata, semburan air pemadam kebakaran. Tak hanya itu, bahkan mereka tidak segan segan memukuli, menjambak, menendang para ibu – ibu pedagang.
Ba’da maghrib, di saat pedagang telah terdesak oleh gempuran aggressif aparat, aparat kemudian memagar paksa lokasi inpres 2,3,4. Besok harinya, dapat dipastikan para pedagang kecil di inpres tersebut tak akan bisa lagi berjualan untuk menafkahi keluarga mereka. Sementara ini dari informasi yang dihimpun terdapat 11 orang korban kekerasan aparat yang dirawat di Rumah sakit M. Jamil dan Aisyah.
Namun, pedagang pasar, semua elemen mahasiswa, NGO, dan masyarakat yang peduli pasar raya berkomitmen untuk tidak akan berhenti berjuang mempertahankan pasar rakyat demi kelangsungan hidup para keluarga pedagang.karena pasar rakyat merupakan pasar tradisional yang harus tetap lestari. Kami dalam satu himpunan kepedulian ini akan senantiasa berjuang menghadang gempuran penguasa pemko, aparat, pemodal yang akan menggusur pasar rakyat dan menukarnya dengan pasar modern yang terang- terangan merugikan pedagang kecil dan konsumen warga kota yang notabene berekonomi menengah kebawah.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar Walilla ilham x3 !!
Hidup pedagang, Hidup Mahasiswa, Hidup rakyat !!
Kronologi kejadian pemagaran Pasar Raya Padang ( gedung inpers I, II, III ) 31 Agustus 2011:
- Jam 07.00 pedagang dan mahasiswa mendapat kabar bahwa bangunan pasar inakan digusur.
- Beberapa mahasiswa langsung menuju pasar dan beberapanya lagi menyusul setelah jam 16.00
- Jam 16.00, pedagang sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghentikan pemagaran terjadi. Mulai dari aksi bakar lapak dan ban, serta mempersiapkan peralatan untuk melawan tindakan represif dari aparat.
- Jam 17.00, aparat yang dilengkapi peralatan keamanan( pistol, helm keamanan, pentungan dan tameng )sudah berada di pasar raya. Aparat terdiri dari Brimob sebanyak 3 kompi ( dilengkapi dengan 1 unit mobil water canon dan 2 mobil panser ), Satpol PP 1 kompi, Tentara 1 kompi serta dibantu oleh 5 unit mobil pemadam kebakaran. Pedagang kemudian membuat blokade. Ibu – ibu menghadang mobil water canon dengan duduk dan tidur didepannya. Sedangkan bapak – bapak membuat blokade berdiri di depan blokade aparat
- Pukul 17. 20 terjadi aksi dorong dorongan dan lempar batu dari pedagang dan aparat, namun bisa dinetralisir oleh pedagang dan mahasiswa. Kemudian diputuskan untuk melakukan negosiasi antara beberapa ketua OPS dengan Kepala Polresta.
- Ketika negosiasi sedang berlangsung, pemadam kebakaran menembakan air ke arah ibu – ibu yang duduk menghadang mobil water canon. Beberapa ibu ibu jatuh pingsan. Kemudian aparat melanjutkan dengan maju ke arah massa pedagang dan membubarkan massa dengan menembakan gas air mata, water canon, dan lemparan batu. Terjadi aksi balas – balasan antara pedagang dengan aparat. Salah seorang anggota AMPEPARA menjadi korban, lengannya patah karena lemparan batu dari aparat.
- Tindakan represif dari aparat memaksa massa pedagang untuk mundur karena aparat terus menembakan gas air mata dan pemukulan ke massa
- Tepat pada pukul 18.30 aparat berhasil membubarkan massa pedagang dan segera melakukan pemagaran.
- Beberapa stakeholder yang membantu dalam evakuasi korban : LBH, PBHI, PMI
- Sampai sekarang, korban berjumlah 14 orang mengalami luka berat dan salah satunya anggota dari AMPEPARA. 2 orang dari pedagang ditangkap oleh aparat kepolisian.
- Pukul 21.00 pedagang didampingi kuasa hukum mereka yaitu PBHI melakukan pelaporan mengenai tindakan kekerasan yang terjadi kepada Polda.
#Mohon Bantuan Kawan2 untuk me-Share ini kepada seluruh kawan2 dan semua orang
Sumber: Bung Yogi Yolanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar