Minggu, 30 Januari 2011

MEDIA MASSA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK

Dewasa ini media massa sangat berpengaruh dalam politik. Peran yang dimainkan pun juga sangatlah penting. Hal ini terbuktikan dengan frekuensi dan aktifitas media massa yang melaporkan peristiwa-peristiwa politik sering memberikan dampak yang sangat signifikan dalam dunia politik dunia, khususnya Indonesia. Media massa juga sebagi pemicu dan terkadang menjadi patron yang sangat berarti dalam kehidupan bermasyarakat, dan terkadang dapat menjadi salah satu indicator terjadinya perubahan politik.
Sebagai dampak Empiris di Indonesia saja, telah di mulai dari tahun 1998. Media massa sangatlah memegang peranan yang sangat luas,; daya jangkau masyarakat terhadap media dan sebagai konsumsi sehari-hari membuat masyarakat dapat melakukan perubahan politik yang sangat fundamental. Hingga sekarang inipun secara implicit media massa dapat berlaku sebagai oposisi dan pengawasan dari pemerintah. Namun hal tersebut tidaklah sebagai indikator bahwa media massa selaku independen dan netral.
Memang diakui, efektifitas media untuk perubahan politik memerlukan suatu situasi politik yang kondusif, yang popoler disebut dengan keterbukaan politik. Dengan adanya kebebasan pers, maka hal tersebut juga membuktikan bahwa adanya kebebasan dalam berpolitik. Nah, dari silogisme itu, maka kita dapat menggeneralisasikan bahwa media massa atau pers adalah suatu kekuatan dalam politik.
Perubahan politik pun tidak hanya perihal tentang pergantian rezim, tapi juga perubahan politik yang dilakukan media juga perihal kebijakan-kebijakan apa yang diambil oleh pemerintah. Dari segala fakta-fakta yang dibawa oleh media, mayoritas segala kebijakan yang diambil pemerintah haruslah popular. Dan bila menjadi sebuah konsumsi publik, maka langkah-langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah memiliki kadar urgensi yang besar pula.
Dalam seluk-beluk Negara demokrasi, media massa yang memiliki kebebasan pers mulai menunjukan sebagai kekuatan politik pula. Hal tersebut dapat terjadi apabila media massa memiliki media tandingan dan berita yang berimbang, sehingga dapat melakukan propaganda yang tidak sepihak kepada masyarakat. Seperti kasus bank century, dimana Metro TV yang selalu meliput semua kegiatan panitia khusus (pansus). Ini tidak terjadi di media yang lain.
Sebagai konsumsi pubik terkadang juga media massa tidak memakai redaksional yang bagus dan tidak memperdulikan pemakaian bahasa yang baik dan benar. Seperti contoh “SBY didakwa oleh pengadilan belanda?” dan juga “Nurdin Chalid mundur dari PSSI?” Hal tersebut semata-mata hanya untuk menjual berita lebih menarik dan menjadikan untung sebagai orientasi utama. Media massa juga memiliki kadar propaganda yang sangat kuat, dan bahkan juga dapat memproduksi kebohongan yang sifatnya dapat diterima oleh public dan dikarenakan banyaknya media massa yang meliput sehingga tidak ada berita pembanding. Hal ini terbukti dengan tidak ada ditemukan senjata pemusnah massal di Iraq, ataupun sosok osama bin laden yang sekian tahun juga belum pernah ditangkap pasukan tentara amerika.
Layaknya anjing pengawas, media massa juga dapat menjadi musuh dari pemerintah dan bahkan bagi koorporasi besar sekaligus berpihak kepada masyarakat, khususnya bagi rakyat marjinal yang tidak megalomaniak dan bersifat lepas atau anomik. Para jurnalis pun dalam posisi ini memandang dirinya sebagai pembela kebenaran dan keadilan, yang dimana mereka tidak sudi untuk memenangkan dan menyuarakan kepentingan politisi dan petinggi eksekutif (elite). Hal ini terbukti dengan Julian assange yang dimana dengan wikileaks-nya, dapat membuka pelanggaran HAM amerika dan rahasia-rahasia yang tidak merakyat.
Terkadang jurnalistik juga mendukung lembaga-lembaga politik yang domain, kelompok ekonomi penting dan nilai yang universal. Namun mereka dapat juga melancarkan kritik terhadap lembaga tersebut, apabila para elit melanggar system yang berlaku. Dalam hal ini media massa lebih mengutamakan system yang telah ada sehingga dapat mempertahankan keeksistensian diri atau kemapanan dari media tersebut. Hal ini dianggap wajar saja agar orientasi laba tetap menjadi hal yang utama, dan untuk mengekat iklan-iklan yang akan masuk. Namun secara sistematika media massa memiliki status yang kuat pula.
Media massa juga melayani berita-berita yang diuntukan untuk kepentingan elit dan kaum miskin pun terpingirkan. Hal ini adalah sesuatu yang umum terjadi saat ini dimana adanya kepentingan-kepentingan politik. Ekonomi dan sebagainya, yang menjadikan media massa tidak lagi berpihak pada khalayak ramai lagi. Seperti contoh adanya pemberitaan harga cabai yang melonjak, hal tersebut akan menjadi polemic massa dan alhasil secra produk kapitali pun tidak merelakan adanya harga cabai yang naik, dan hal ini dapat menjadi alat propaganda bagi yang berkepentingan untuk menggoyang pemerintahan yang ada. Di lain sisi media massa tidak pernah menayangkan harga cabai bila murah, padahal bila haragnya murah nasib petanipun juga akan merana, alhasil media pada situasi ini tidaklah berpihak kepada kaum miskin papa atau kaum marjinal.
Bila media massa,redaksi dan wartawan tidak berani lagi untuk menyuarakan kebenaran dan hanya sekedar memikirkan untung dan menjadi orang yang baik baik-baik saja tanpa adanya perlawanan, demokrasi akan mengalami musibah besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar