Selasa, 01 Februari 2011

Revolusi Mesir, Ketakutan Israel dan Barat

Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakan kekuasaan yang tidak terbatas pula. (Lord Acton)

Pemerintahan dilakukan oleh manusia dan bahwa kepada manusia itu tanpa kecuali melekat banyak kelemahan, hal tersebut menjadi wajar sehingga seusai reformasi 1998 diamandemenkan bahwa presiden hanya dapat menduduki jabatan selama 2 kali periode. namun hal ini tidak berlaku bagi Hosni Mubarak presiden mesir yang telah 3 dekade menjabat sebagai pemuncak di negeri seribu piramida ini.

Hosni mubarak sebagai presiden yang menggantikan Anwar, belum juga memiliki wakil presiden sehingga pemerintahan pun berkesan adanya totaliterian dalam keberlangsungan kerja negara. sehingga ketidak adilan dan kekuasaan justru bertumpu kepada Hosni dan bukanlah kepada rakyatnya. dalam konsep ilmu politik hal tersebut disebut juga dengan MACHSSTAAT atau pemerintahan yang tidak terbatas kekuasaanya. dari teori Lord diatas dapat dikatakan adanya tendensi akan adanya corrupt dari sang penguasa.

Kebijakan yang paling unik dan disikapi lunak oleh rakyat adalah dalam sistem hukum mesir; hal ini dilakukan Hosni saat baru menjaat sebagai presiden. hukum yang dipakai adalah azas praduka bersalah, dan ini sangatlah berbanding terbalik dengan nilai-nilai demokrasi ataupun nilai-nilai hak asazi manusia (HAM). tidak salah begitu banyak kritik yang dilancarkan oleh kak ibik dalam novel ayat-ayat cinta, KCB ataupun novel-novel yang lainnya. jadi hukum seakan-akan barang yang sangat menakutkan. hal sangatlah ironis mengingat mayoritas rakyat adalah beragama islam.

Sejarah mencatat kekuatan mesir dahulunya, dan betapa majunya sebuah peradan mesir yang sanga elok dan eksotis. namun hal ini tidak berarti setelah adanya tangan-tangan zionis dan barat yang merusak dan melancarkan hegemoninya sebelum dan sesudah kekuasaan Gamal Abdul Nasser.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Yom_Kippur
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Enam_Hari

Mesir bukan Negara biasa. Ia adalah memiliki peran dan timbangan besar di dunia Arab. Perubahan di sana bukan seperti perubahan di Negara lain. Politik rezim Mubarak dan keamanan nasional Mesir bukan sendiri menjadi tragedy bagi umat, tragedi disintegrasi Sudah selatan, blokade Gaza, sebelum ini pembunuhan Arafat, transisi ke otoritas Palestina yang terlibat dalam pembunuhan Arafat adalah daftar tragedy bangsa Arab secara keseluruhan. Belum laqi Irak yang kini menjadi incaran Iran sendirian untuk mempermainkannya. Tunis sudah membuka pintu, tapi 'gerbang' Mesir kan lebih penting sebab harapan kebebasan dan harga diri umat akan terbuka.

Perangnya terhadap israel dan kekuatan dunia islam yang juga ikut dalm percaturan perang dingin (meskipun terlupakan oleh dunia) adalah suatu keistimewaan yang dilakukan mesir pada saat itu mesir adalah negara yang patriotik dan cinta tanah air, dimana masyarakatnya mampu berdikari dan bangga dengan prestasi militer dan kebenaran yang dijunjung tinggi serta mampu menjadi pemicu dari segala peperangan melawan zionis dan kolega-koleganya dari semua keterbatasan yang ada. dimana saat ini mesir telah ompong dengan kharisma dan lebih menjadi perpanjangan tangan dari Pax Americana (baca tulisan Dr.Amien Rais "agenda mendesak bangsa.

Terlihat jelas mesir ditangan Hosni mubarak sangatlah berpihak kepada barat dan lebih mementingkan diri sendiri sebagai perpanjangan tangan amerika yang dimana mendukung negara israel yang telah jelas-jelas menindas saudara-saudara sesama muslim di palestina. hal ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh father founding mesir. kepentingan diri sendiri dapat diterawang daari kasat mata saja dimana seorang presiden yang memiliki harta kekayaan sejumlah 360 triliun rupiah, suatu angka yang fantastis dan hal ini sangatlah ironis dengan gaji presiden, pendapatan nasional dan perkapita dan hal ini dapat mengindikasikan bahwa sang penguasa mesir ini korupsi.

Jumat lalu, Amerika mengalami kegusaran berat terhadap apa yang terjadi di Mesir. Menlu AS dan jubir-jubirnya menyampaikan keresahannya atas peristiwa itu. Bahkan Presiden Obama sendiri mengalami hal yang sama. Tampak Gedung Putih tersentak.

Sementara Israel lebih buruk kondisinya menyikapi peristiwa Mesir. Meski elit-elit pemerintah dan keamanan berusaha berhati-hati mengomentari kejadian ini karena khawatir akan membahayakan sikap rezim Mubarak. Namun media-media Israel tidak berhenti memberitakan situasi gelisah Israel. Israel yakin bahwa satu perubahan opini massa di Mesir akan menjadi tragedy politik bagi negara mereka sebagai negara penjajah. Israel lah yang memanfaatkan keluarnya Mesir dari konflik. Jika sekarang Mesir jatuh ke tangan "perlawanan" apa yang nantinya dialami Israel?

Mantan Menteri dan anggota partai Buruh Israel, Benjamen Ben Eliezer yang dikenal dekat dengan presiden Mubarak menyatakan secara jelas soal ini. Seperti dikutip harian Haaretz edisi Ahad lalu, Elizer mengatakan, "Mesir adalah Negara terpenting bagi Israel dari segala sisi dan dari segala penilaian. Kita harus ingat bahwa Negara dengan kekuatan militer terbesar (Mesir) dan masih menjadi faktor perimbangan dan stabilitas di kawasan. Kita harus ingat bahwa Mesir masih menjadi pusat stabiliats di kawasan Timteng."

Pejabat Israel ini menambahkan, "Saya tidak resah atas kesepakatan perdamaian. Menurut prediksi saya, siapapun yang menempati posisi Mubarak, kecuali Ikhwanul Muslimin, akan menghormati kesepakatan damai sebab ini adalah kepentingan Mesir. "Ben Elizer menyatakan tersentak berat dengan aksi protes yang terus berlanjut di Mesir. "Saya selalu menyambung dengan TV. Saya sangat resah atas perkembangan di sana."

Keresahan Amerika dan Israel ini pernah disampaikan Mustafa Al-Faqi, kepala komisi urusan luar negeri di Majlis Rakyat Mesir ketika menyatakan bahwa presiden Mesir membutuhkan persetujuan Amerika dan penerimaan Israel. Amerika resah karena jika revolusi Mesir berhasil maka arah kebijakan dan kompas luar negeri agar berubah di dunia Arab. Amerika sadar bahwa dirinya adalah musuh umat Islam kedua setelah Israel. Artinya, hubungan Amerika nantinya dengan Mesir akan berubah, minimal Mesir nanti menolak dikte Amerika.

Jika Mesir berhasil mengubah rezim sekarang, maka rezim lain akan ikut bertumbangan setelah itu. Jika itu terjadi maka umat akan membuat kebijakan baru dalam konfliknya dengan pihak-pihak yang memusuhi mereka selama ini, terutama Israel dan Amerika. Iran tidak akan lagi berani mengancam Arab, baik ancaman dari sisi politik atau sectarian dan dialog akan menjadi jalan memecahkan masalah antara kedua pihak.

Rakyat Mesir hari ini maju menjadi shaf terdepan dalam memimpin umat. Kini pejuang-pejuang mulia Arab berdiri di depan gerbang kedubes Mesir di Negara-negara Arab;

pertama, untuk mendukung dan menyampaikan penghormatan kepada massa Mesir,

kedua, menyampaikan bahwa rezim otoriter "sudahlah" sudah saatnya hengkang agar Mesir menjalani hidup baru dengan judul "kehormatan, harga diri dan kebebasan" dengan izin Allah

Semoga hal ini dapat menjadi pertanda baru dalm kancah hubungan politik internasional dan menjadi perubahan yang berarti dari segi politik, hukum dan ekonomi secara global. let's we realize quickly when we knew we should that the world was made for this brootherhood of man, for whatever that means............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar